Dulu, platform seperti Facebook menjadi ruang utama bagi pengguna untuk berbagi momen pribadi dan terhubung dengan orang-orang terdekat. Namun, dalam satu dekade terakhir, fungsi media sosial telah berubah secara signifikan. Saat ini, media sosial lebih menyerupai platform distribusi konten massal, dipenuhi video dari selebriti, berita, konten berbasis AI, hingga tren viral. Akibatnya, konten dari teman dan keluarga kian jarang muncul di linimasa.
Konten Pribadi Kian Menyusut
CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengakui pergeseran ini saat memberikan kesaksian di hadapan Federal Trade Commission (FTC). Ia menyebut bahwa aktivitas berbagi cerita pribadi di Facebook mengalami penurunan. Bahkan, jumlah penambahan teman baru pun ikut menurun. “Saya tidak hafal data pastinya, tetapi arahnya memang menurun,” ujar Zuckerberg.
Hal senada juga pernah disampaikan mantan Chief Operating Officer Meta, Sheryl Sandberg. Ia mengatakan bahwa kebiasaan berbagi momen bersama orang terdekat di Facebook telah merosot drastis dalam beberapa tahun terakhir. “Jika strategi Anda masih mengandalkan konten dari orang-orang terdekat, potensi pendapatan bisa terganggu,” ucapnya.
Kehadiran TikTok Mengubah Cara Orang Bersosial Media
Salah satu faktor utama perubahan ini adalah dominasi TikTok yang menggeser kebiasaan pengguna media sosial. Zuckerberg menjelaskan bahwa kini orang lebih tertarik menemukan konten menarik dari kreator yang tak mereka kenal sebelumnya, dibanding melihat unggahan teman sendiri.
TikTok berhasil menjadikan media sosial sebagai tempat penemuan konten, bukan sekadar platform untuk bersosialisasi. Merespons tren ini, Meta menghadirkan fitur serupa seperti Reels serta fitur belanja mirip TikTok Shop, demi mempertahankan minat pengguna.
Zuckerberg pun secara terbuka mengakui keunggulan TikTok. “Saya tidak suka saat pesaing kami tampil lebih baik dari kami,” ujarnya.
Meta Ubah Arah Demi Bertahan
Penurunan jumlah pengguna Facebook mulai terlihat sejak 2022, menandakan perlunya transformasi strategi. Tanpa opsi untuk mengakuisisi TikTok, Meta tak punya pilihan selain mengadaptasi pendekatan baru. Facebook dan Instagram pun mulai mengadopsi format ala TikTok demi menjaga relevansi.
Perubahan ini menunjukkan bahwa Meta kini lebih fokus pada optimalisasi algoritma dan fitur penemuan konten—meskipun itu berarti mengorbankan esensi awal media sosial sebagai tempat berinteraksi dengan teman dan keluarga.